Selasa, 13 Maret 2018

Perkembangan Emosi

PERKEMBANGAN EMOSI

1.       Pengertian Emosi
Perilaku atau perbuatan kita sehari-hari selalu disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, misalnya senang atau tidak senang. Perasaan-perasaan yang selalu menyertai perbuatan kita tersebut disebut warna efektif. Warna efektif kadang-kadang lemah, tetapi terkadang juga kuat. Jika warna efektif kuat, perasaan-perasaan akan menjadi lebih dalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan ini disebut emosi. Perasaan lainnya seperti gembira, takut, cemas, benci, dan lain sebagainya.
Emosi dan perasaan adalah dua hak yang berbeda. Tetapi perbedaan antara keduanya tidak dapat dinyatakan dengan tegas. Emosi dan perasaan merupakan suatu gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat warna efektif dapat dikatan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi. Contohnya marah yang akan ditunjukkan dalam bentuk diam. Jadi sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Jadi, emosi adalah pengalaman efektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Emosi adalah warna efektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik, anatar lain berupa: peredaran darah akan bertambah cepat bila marah, pupil mata membesar bila marah, bulu roma berdiri bila takut, dan lain sebagainya.
2.       Karakteristik Perkembangan Emosi
Masa remaja merupakan masa yang penuh badai dan tekanan. Ketegangan emosi meninggi akibat perubahan fisik dan juga kelenjar. Rata-rata emosi para remaja menjadi tinggi karena mereka sedang berada dibawah tekanan social dan juga mereka sedang menghadapi kondisi baru, sedangkan selama anak-anak mereka kurang mempersiapkan diri. Tetapi tidak semua remaja mengalami tekanan dan badai dalam hidupnya.
Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah: cinta/kasih saying, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu sedih, dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Berikut ini akan dibahas beberapa kondisi emosional.

1. Cinta/Kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya.
Walaupun para remaja sudah banyak yang bergerak ke dalam dunia bebas, tetapi dalam dirinya masih terdapat sifat kanak-kanaknya. Remaja membutuhkan kasih sayang dari orang tua di rumah yang sama banyaknya dengan apa yang mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya.
Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting, walaupan kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara rapi. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap permusuhan yang besar kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.

2. Gembira
Individu pada umumnya dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang menyenangkan yang menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai cerita yang panjang dan lengkap tentang apa yang terjadi dalam perkembangan emosional remaja.
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima) oleh yang dicintai.

3. Kemarahan dan Permusuhan
Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Rasa marah juga penting dalam kehidupan, karena rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya rasa marah kurang lebih sama, tetapi ada beberapa perubahan sehubungan dengan pertambahan umurnya dan kondisi-kondisi tertentu yang menimbulkan rasa marah atau meningkatnya penguasaan kendali emosional.

4. Ketakutan dan Kecemasan
Menjelang balita mencapai masa anak-anak, kemudian masa remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut sudah teratasi, tetapi masih banyak yang tetap ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan-kecemasan – kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri.
Semua remaja sedikit banyak takut terhadap waktu. Beberapa di antara mereeka merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka dalam bahaya. Beberapa orang mengalami rasa takut secara berulang-ulang dengan kejadiian dalam kehidupan sehari-hari, atau karena mimpi-mimpi, atau karena pikiran-pikiran mereka sendiri. Beberapa orang dapat mengalami rasa takut sampai berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu.
Remaja seperti halnya anak-anak dan orang dewasa, seringkali berusaha untuk mengatasi ketakutan-ketakutan yang timbul dari persoalan-persoalan kehidupan. Tidak ada seorang pun yang menerjunkan dirinya dalam kehidupan dapat tanpa rasa takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seseorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa ada sekarang atau masa depan yang tidak menentu.

3.       Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi
            Dalam sejumlah penelitian, perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar. Kedua faktor itu terjalin erat satu sama lain dan akan mempengaruhi perkembangan intelektual. Hal itu akan menghasilkan suatu kemampuan berpikir kritis, mengingat, dan menghafal. Selain itu, individu akan menjadi reaktif terhadap rangsangan.
Dalam faktor belajar, terdapat metode-metode yang menunjang perkembangan emosi. Diantaranya :
a.      Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk perilaku yang dapat memberikan kepuasan sedikit atau bahkan tidak memberikan kepuasan.
b.      Belajar dengan cara meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang dapat membangkitkan emosi orang lain.
c.       Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak akan menirukan reaksi emosional orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat.
d.      Belajar melalui pengondisian
Objek atau situasi yang mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian berhasil melalui metode asosiasi.
e.       Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang. Dapat melalui pelatihan maupun yang lainnya.

            Banyak kondisi sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dalam hubungannya dengan orang lain yang membawa perubahan untuk menyatakan emosi. Orang tua dan guru berhak menyadari perubahan ekspresi ini karena tidak berarti emosi tidak lagi berperan dalam kehidupan mereka. Mereka juga tetap membutuhkan rangsangan dan respons untuk mengembangkan pengalaman dan kemampuannya. Bertambahnya umur juga akan berpengaruh signifikan terhadap perubahan irama emosional. Terutama faktor pengetahuan dan pengalaman.

4.       Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi terhadap Tingkah Laku
                        Dalam perkembangan sosial para remaja dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang lain, bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau merahasiakannya. Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak sepenuhnya diterima, karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep dirinya yang tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah laku sehari-hari.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk orang tuanya. Setiap pendapat orag lain dibandingkan dengan teori yang diikuti dan diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tatacara, adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering terasa terjadi/ada pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya.
Kemampuan abstraksi menimbulkan kemampuan mempermasalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya. Situasi ini ( yang di akibatkan kemampuan abstraksi) akhirnya dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa.
Disamping itu pengaruh egosentris masih sering terlihat pada pikiran remaja. Misalnya, cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitikberatkan pikiran sendiri tanpa memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan. Contoh yang lainnya, kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain dari pada tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
Pencerminan sifat egois sering dapat menyebabkan “kekakuan”para remaja dalam cara berfikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja adalah banyak bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mengganggu dirinya dalam bergaul, karena dikiranya orang lain sepikiran. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah laku yang canggung.
Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulkan reaksi lain dimana remaja itu justru melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka merasa dirinya “ampuh” atau “hebat” sehingga berani menantang malapetaka dan menceburkan diri dalam aktivitas yang acap kali dipikirkan atau direncanakan dan biasanya tergolong aktivitas yang membahayakan.
Melalui banyak pengalaman dan penghayata kenyataan dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sifat ego semakin berkurang. Pada akhir masa remaja pengaruh egosentrisitas sudah sedemikian kecilnya, sehingga remaja sudah dapat berhubungan dengan orang lain tanpa meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.

5.       Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Emosi
                        Bersosialisasi dilakukan oleh setiap orang, baik secara individu maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek terdapat perbedaan individual manusia yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.
Sesuai dengan teori komprehensif tentang perkembangan sosial yang dikembangkan oleh Erickson, maka di dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya setiap manusia menempuh langkah yang berlainan satu dengan yang lain. Dalam teori Erickson dinyatakan bahwa manusia(anak) hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia namun sesuai dengan minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok-kelompok sosial yang beraneka ragam.
Remaja yang telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah mempelajari pola-pola sosial yang sesuai dengan kepribadiannya.

6.       Upaya Pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Emosi negatif pada dasarnya dapat diredam sehingga tidak menimbulkan efek negatif. Beberapa cara untuk meredam emosi adalah :
  • berfikir positif
  • mencoba belajar memahami karakteristik orang lain
  • mencoba menghargai pendapat dan kelebihan oranglain
  • introspeksi dan mencoba melihat apabila kejadian yang sama terjadi pada diri sendiri, mereka dapat merasakannya
  • bersabar dan menjadi pemaaf
  • mengalihkan perhatian, yaitu mencoba mengalihkan perhatian pada objek lain dari objek yang pada mulanya memicu pemunculan emosi negatif.
Mengendalikan emosi itu penting. Hal ni  didasarkan atas kenyataan bahwa emosi mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasikan diri pada orang lain. Orang-orang yang dijumpai dirumah atau di kampus akan lebih cepat menanggapi emosi daripada kata-kata.
Cara lainnya adalah dengan mengekspresikan emosi.Ekspresi itu dapat mengembangkan sifat kreativitas seseorang. Ekspresi juga dapat mencegah timbulnya kejadian-kejadian yang tidak diberi kesempatan untuk menjelmakan perasaannya dan menghadapi perasaannya. Tanpa ekspresi, bahan yang terpendam itu dapat membahayakan.
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat mengembangkan kecerdasan emosi, salah satunya adalah dengan menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T Grant Consertium tentang “Unsur-Unsur Aktif Program Pencegahan” yaitu sebagai berikut :

1.       Pengembangan Keterampilan Emosional:
  • mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan
  • mengungkapkan perasaan
  • menilai intensitas perasaan
  • mengelola perasaan
  • menunda pemuasan
  • mengendalikan dorongan hati
  • mengurangi stress
  • memahami perbedaan anatara perasaan dan tindakan
2.      Pengembangan Keterampilan Kognitif
  • belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri
  • belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat social
  • belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dengan pengambilan keputusan
  • belajar memahami sudut pandang oranglain (empati)
  • belajar memahami sopan santun
  • belajar bersikap positif terhadap kehidupan
  • belajar mengembangkan kesadaran diri
3.      Pengembangan  Keterampilan Perilaku
  • mempelajari keterampilan komunikasi non verbal,misal melalui pandangan mata,ekspresi wajah, gerak-gerik, posisi tubuh dan lain-lain
  • mempelajari keterampilan komunikasi verbal, misal mengajukan permintaan dengan jelas, mendiskripsikan sesuatu kepada oranglain dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif
Agar emosi positif pada diri remaja dapat berkembang dengan baik, dapat dirangsang, disikapi oleh orang tua maupun guru dengan cara :
  1. orangtua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam lingkungan anak  (significant person) dapat menjadi model dalam mengekspresikan emosi-emosi negatif, sehingga tampilannya tidak meledak-ledak.
  2. adanya program latihan beremosi baik disekolah maupun didalam keluarga, misalnya dalam merespon dan menyikapi sesuatu yang tidak sejalan sebagaimana mestinya.
  3. Mempelajari dan mendiskusikan secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung menimbulkan  emosi negatif dan upaya-upaya menanggapinya secara lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PRINSIP KERJA DAN PENERAPAN FISIKA DALAM SISTEM AC

 Assalamualaikum, Selamat Datang di Blog saya Setelah sekian lama tidak menuliskan sesuatu yang bermanfaat di sini izinkan saya berbagi...